“[Posisi] cawapres sebegitu menarik pada hari ini. Belum pernah semenarik pada hari ini. Orang itu enggak nunguin capres, nungguin cawapres,” kata Qudori, Jumat (31/3/2023).
Ia mengatakan, elektabilitas para bakal capres sudah kurang lebih sama rata, sehingga kata kuncinya ada di bakal calon wakil presidennya. Di sisi lain, ia menilai bakal cawapres saat ini akan menjadi salah satu penentu putaran pertama maupun putaran kedua, bila nama capresnya adalah Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan.
“Kalau calonnya tiga nama yang sekarang beredar, saya yakin pilpres kita akan perpanjangan waktu sampai dengan Juni 2024. Pemilu 2024 saya katakan pemilunya para cawapres,” tutur Qudori.
Sebaliknya, pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saiful Mujani menyebut, faktor cawapres tidak menjadi penentu kemenangan dalam Pilpres 2024. Hal itu didasari pada pengalaman Pilpres 2009 dan 2019. Saiful sebut, pada Pilpres 2009, pasangan petahana Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Boediono tidak mempertimbangkan aspek keragaman kultural atau sosiologis di antara pemilih Indonesia. Aspek sosiologis atau kultural dimaksud adalah corak masyarakat seperti kalangan santri, nonsantri, abangan, priayi, dan lain sebagainya. Istilah ini kerap disampaikan pengamat politik di tanah air.