Dengan demikian, pertanyaannya ialah apakah kita sekarang berada dalam tahap ‘merdeka belajar’ atau ‘belajar merdeka’?.
Rasanya kita masih dalam tahap ‘belajar merdeka’.
Jika ‘merdeka belajar’ mengasumsikan kemuliaan pendidikan untuk secara mendasar merubah cara pikir dan perilaku siswa dalam mencapai potensi maksimal dan terbaiknya, maka ‘belajar merdeka’ mengasumsikan sebaliknya, sistem belajar kita masih meraba-raba bahkan dititik ekstrim tidak mengetahui bahwa kita memiliki kemuliaan untuk membebaskan diri dari keterkungkungan pendidikan minim kreatifitas, minim imaginasi, dan minim mimpi besar.
Nampaknya kita masih ‘belajar merdeka’ untuk menghindarkan diri dari tindakan administratif dan formalitas yang cenderung menurunkan derajat pembelajaran kita.
Dalam situasi dimana kita masih berada dalam tahapan ‘belajar merdeka’, sistem pendidikan kita nampaknya telah menjauh dari hakikat pendidikan itu sendiri yakni memuliakan insan manusia untuk mencapai potensi maksimal dan terbaiknya.
Sistem pendidikan dalam konsep ‘merdeka belajar’ seyogyanya mendorong setiap insan untuk memiliki rasa haus dan lapar akan pengetahuan, bukan sebaliknya menghafal dan mengerjakan rutinitas pekerjaan rumah.
Teringat ucapan bijak dari William Haley: ‘Education would be much more effective if its purpose was to ensure that by the time they leave school every boy and girl should know how much they do not know and be imbued with a lifelong desire to know it’.
(Pendidikan akan menjadi lebih efektif jika tujuannya adalah untuk memastikan bahwa ketika para siswa meninggalkan sekolahnya setiap mereka laki-laki maupun perempuan mengetahui seberapa besar mereka tidak tahu dan diilhami dengan keinginan seumur hidup untuk mengetahuinya).
Inilah esensi ‘merdeka belajar’. Sayangnya kita masih ditahap ‘belajar merdeka’.!