Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional Mastel Jelaskan 5G lelet, Pengamat: Karena Digelar Berbarengan

info ruang publik – Jaringan 5G di Indonesia masih lambat. Ternyata, alasannya adalah teknologi seluler tersebut tidak didukung oleh ketersediaan frekuensi yang tepat.

Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional Mastel Sigit Puspito Wigati Jarot, dalam acara Huawei Media Camp 2023, menjelaskan bahwa jaringan 5G seharusnya digelar di frekuensi dengan bandwidth yang lebar.

Ia menjelaskan bandwidth yang lebar tersedia di pita frekuensi yang tinggi. Namun, pita frekuensi tinggi memiliki kekurangan yaitu wilayah jangkauan yang lebih sempit.

Oleh karena itu, di banyak negara, jaringan 5G digelar bersamaan di frekuensi yang tinggi untuk transmisi data besar dan frekuensi yang lebih rendah supaya jangkauannya lebih luas.

Pengamat Telekomunikasi ITB, Ian Joseph Matheus Edward, mencontohkan jaringan 5G Telkomsel yang digelar di frekuensi 23 Ghz bersama dengan jaringan 4G.

Karena digelar berbarengan, bandwidth jaringan 5G Telkomsel sangat sempit sehingga cenderung lambat dibanding kapasitas 5G seharusnya. Di sisi lain, kondisi ini membuat jaringan 4G juga harus “dikorbankan” sehingga pengguna jaringan ini sering terganggu di wilayah yang sudah “5G ready”

Baik Sigit maupun Ian, menyarankan agar pemerintah membuka pita frekuensi khusus untuk jaringan 5G di 2,6 Ghz dan 3,5 GHz. Namun, meskipun dua pita frekuensi tersebut dilelang, masih ada permasalahan biaya dan lebar pita.

Sigit menjelaskan saat ini permintaan atas jaringan 5G masih sangat rendah. Di sisi lain, biaya yang harus dibayarkan oleh operator untuk pita frekuensi baru sangat tinggi.

Sumber

Exit mobile version