Surya pun serius menjalani usaha dengan mendirikan perusahaan yang menjual berbagai jenis jasa. Dia juga diketahui sempat mendirikan perusahaan jasa boga yang kini menjadi perusahaan catering terbesar.
Tak puas dengan kesuksesannya di bidang boga, Surya melihat ada peluang di bidang usaha media. Awalnya dia mendirikan Surat Kabar Harian Prioritas. Namun medianya itu harus berakhir karena dicabut SIUPP-nya oleh pemerintah.
Namun hal itu tidak membuatnya kapok. Surya Paloh justru semakin bernafsu untuk mengembangkan bisnis media. Pada 1989 dia bekerjasama dengan Yously Syah untuk mengelola Media Indonesia. Dia juga menghidupkan kembali Majalah Vista bersama dengan Achmad Taufik.
Keuletannya pun berbuah hasil. Harta kekayaan Surya pada tahun 2018 ditaksir mencapai Rp 8,74 triliun. Ini menempatkan bos Media Group tersebut sebagai orang terkaya ke-77 dari 150 orang di Indonesia versi Globe Asia.
Grup bisnisnya juga merambah juga ke industri perhotelan, melalui anak perusahaannya Media Group Hospitality. Tercatat Intercontinental Bali Resrot, The Papandayan, dan The Media Hotel and Tower adalah deretan hotel milik pria kelahiran Aceh tersebut.
Surya juga menjajaki sektor pertambangan, antara lain PT Emas Mineral Murni, di PT Pusaka Marmer Indah raya (PUMARIN) melalui PT Surya Energy Raya. Selain itu, Media Group juga bekerja sama dengan PT China Sonangol Media Investment (CSMI) sejak 2009
Hary Tanoe
Hary Tanoe ditaksir memiliki harta kekayaan mencapai US$ 1 miliar atau setara dengan Rp 15 triliun (kurs Rp 15.000/dolar AS). Hal ini berdasarkan laporan dari Forbes Indonesia’s 50 Rich List, Jumat (25/8/2023).
Menurut catatan detikcom, Hary Tanoesoedibjo merupakan anak dari Ahmad Tanoesoedibjo, yang merupakan pendiri MNC Group dan hingga saat ini masih menjabat sebagai Chairman PT MNC Investama Tbk, dahulu PT Bhakti Investama Tbk.
Hary Tanoe telah mulai membangun bisnis media segera setelah ia lulus kuliah. Hingga saat ini dirinya memiliki lebih dari 60 stasiun TV, stasiun radio, dan surat kabar. Hary Tanoe juga menjabat di berbagai anak perusahaan MNC Group.
Dirinya diketahui sudah menjabat sebagai Komisaris Utama PT MNC sejak bulan Februari 2004. Selain itu, ia juga menjabat sebagai Direktur Utama pada PT Global Mediacom Tbk sejak 2002, PT Media Nusantara Citra Tbk sejak 2004, PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) sejak 2010, PT MNC Land Tbk sejak 2011, PT GLD Property sejak 2012.
Selain itu, Hary Tanoe juga menjabat sebagai Komisaris Utama pada PT MNC Sky Vision Tbk (Indovision) sejak 2006, PT MNC Sekuritas sejak 2004, PT Global Informasi Bermutu (Global TV) sejak 2009, PT Media Nusantara Informasi sejak 2009 dan PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (MNCTV) sejak 2011.
Tidak lama setelah itu, pada 2016 ia mengundurkan diri sebagai CEO Media Nusantara Citra (MNC), yang memiliki empat stasiun TV nasional, untuk fokus pada politik.
Lalu, pada 11 Maret 2022 lalu, PT MNC Studios International Tbk (MSIN) mengubah namanya menjadi PT MNC Digital Entertainment Tbk pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Hary Tanoe pada saat itu diangkat sebagai Direktur Utama MNC Digital, menggantikan Ella Kartika yang akhirnya menempati posisi direktur.