Usai gagal masuk parlemen, Budiman menggagas kegiatan di luar partai. Ia tercatat menjadi promotor gerakan Inovator 4.0. Budiman juga mendirikan Bukit Algoritma, proyek ambisiusnya di bidang teknologi. Namun, pembangunan proyek tersebut saat ini mangkrak.
Awal Mula Hubungan Budiman dan PDIP Memanas
Hubungan Budiman dan PDIP merenggang saat pendiri PRD itu menjalin komunikasi dengan Prabowo Subianto, bakal capres dari Partai Gerindra. Komunikasi intens Budiman dan Prabowo ini lantas berubah menjadi deklarasi dukungan kepada Prabowo. Padahal, PDIP secara resmi telah mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai bakal capres.
Dalam satu momen, Budiman mengatakan pertemuan antara dirinya dengan Prabowo dalam rangka diskusi semata. Hal ini ia tegaskan saat bertemu Prabowo di kediaman Prabowo, Jakarta Selatan, Selasa, 18 Juli 2023.
“Saya tidak mewakili partai, saya bukan pejabat publik, justru karena saya bukan siapa-siapa, saya mewakafkan diri, memulai untuk mencairkan itu. Mudah-mudahan setelah ini mencair,” kata Budiman kala itu.
Pernyataan tersebut lantas berubah menjadi dukungan. Budiman mendeklarasikan dukungan kepada Prabowo dan membentuk gerakan relawan Prabu untuk memenangkan eks Danjen Kopassus itu di Pemilu 2024.
“Kita lupa jika ada masa depan. Oleh karena itu, kita harus melihat ke masa depan, sesekali kita bisa melihat ke belakang,” kata Budiman dikutip dari Antara.
Manuver tersebut memantik sikap PDIP. Sekjen DPP PDIP, Hasto Kristiyanto mengultimatum Budiman antara dipecat atau mengundurkan diri meski menyerahkan nasib Budiman kepada Ketua DPP Bidang Kehormatan PDIP, Komarudin Watubun.
“Nanti, Pak Komarudin akan mengumumkan, yang jelas partai tidak mentolerir terhadap tindakan indisipliner setiap kader partai. Partai akan mengambil suatu tindakan yang tegas. Opsinya mengundurkan diri atau menerima sanksi pemecatan,” kata Hasto pada Minggu (20/8/2023).
Hasto menyebut, tindakan Budiman adalah upaya untuk memecah belah kesatuan di internal PDIP. Bahkan, Hasto mengistilahkannya dengan devide at impera, politik pecah belah ala kolonial.
“Dengan melakukan politik devide et impera itu sebenarnya menunjukkan ketidakpercayaan diri dari pihak sana meskipun sebelumnya telah mencoba mengeroyok Pak Ganjar Pranowo, sehingga langkah-langkah itu malah akan menghasilkan suatu energi positif bagi pergerakan seluruh kader PDI Perjuangan,” jelas Hasto.
Kini, setelah Budiman dipecat, PDIP menegaskan, pemecatan Budiman bukan faktor ia mendukung Prabowo. Deddy mengklaim, keputusan pemecatan oleh DPP PDIP akibat Budiman melanggar arahan partai.
“Dia dipecat karena melanggar aturan dan menentang keputusan partai. Jadi bukan karena mendukung Prabowo, mendukung siapa pun di luar keputusan partai sanksinya sama,” kata Deddy.