Showing 5 of 5

“Mungkin [ada], tapi sangat sedikit atau sangat aneh kalau orang yang umur 100 tahun masih masuk dalam daftar pemilih sementara. Kemudian juga ada data yang kurang dari dua huruf, misalnya namanya aa, uu, ee, eo gitu loh, kalau di Jabar mungkin ada aa, di Jawa Tengah ga ada, tetap harus ada nama yang satu suku kata biasanya,” ujar Dendi.

Lebih lanjut, Dendi juga menyebut data yang menggunakan tanda tanya. Misalnya huruf tanda tanya, sehingga masuk data valid atau tidak valid.

“Kemudian ada juga data yang RW-nya 0 alias RW-nya enggak ada. Ini ada sekitar 13 juta sekian yang tidak ada. Lalu, yang tidak ada RT-nya, itu sekitar 600 ribu sekian. Kemudian ada juga yang tidak ada RT-nya tidak ada RW-nya, itu 35 juta sekian,” tukas Dendi.

Ada pula, kata dia, kartu keluarga (KK) yang ganda.

“Kemudian, KK dobel, ada nama RT, RW. TPS-nya sama itu sekitar 2 juta sekian data yang kami terima, sehingga data keseluruhan itu ada 52 juta sekian yang tidak valid atau sekitar 25 persen,” tutup Dendi.

Sumber

Showing 5 of 5
Exit mobile version