“Saya kira kalau pemilihan presiden itu tidak tepat waktu atau di tahun 2024 yang mendapatkan kerugian, itu Anies Baswedan karena hari ini surveinya juga cukup baik, memiliki tingkat progresif,” kata Hari, Jumat (17/3/2023).
Hari beralasan, Anies tengah membangun momentum untuk menyikapi kesiapan menjadi bakal calon presiden dan menjadi peserta Pemilu 2024. Sebelumnya, Anies sempat diprediksi bahwa dia akan kehilangan ‘panggung’ untuk menjaga eksistensi demi maju Pemilu 2024. Akan tetapi, dalam kacamata Hari, Anies telah mampu menjaga momentum lewat safari politik ke daerah-daerah.
Hari melihat bahwa pesan Anies juga tidak sepenuhnya benar karena konstitusi bisa diubah. Hal itu bisa dilihat dalam beberapa waktu terakhir di mana konstitusi Indonesia diubah beberapa kali lewat proses politik pemerintah, DPR, dan MPR.
Akan tetapi, Hari menegaskan, bahwa narasi penundaan pemilu atau perpanjangan jabatan dan narasi semacamnya tidak bisa dibenarkan dengan dalih persepsi publik atau angka kepuasan presiden tinggi. Ia beralasan, jabatan presiden adalah mandat dari rakyat dan diatur sesuai undang-undang.
Lalu, apakah narasi Anies akan berdampak buruk pada Jokowi maupun kandidat capres yang didukung pemerintah? Ia menilai, aksi Anies justru sebagai simbol untuk menguatkan kehadiran oposisi. Selama ini, posisi oposisi tidak optimal diperankan dengan baik oleh Partai Demokrat dan PKS di parlemen.
“Nah, orang-orang yang katakanlah tidak sepakat atau sepaham atau sejalan dengan pemerintah hari ini menemukan wajah atau representasi mereka ada di Anies. Mereka menaruh harapan ada di Anies bahwa Anies adalah antitesa pemerintahan saat ini,” kata Hari.