Hal ini disebut berdasarkan pada kebiasaan yang berlaku di Angkatan Darat, di mana ketika Panglima Angkatan Darat berhalangan hadir, maka Panglima Kostrad yang akan menjalankan tugasnya.
Pada saat-saat yang genting di sekitar September 1965, muncul isu adanya Dewan Jenderal, yang mengungkapkan adanya beberapa petinggi dari Angkatan Darat yang tidak puas terhadap kepemimpinan Soekarno dan berniat untuk menggulingkan beliau.
Soekarno pun disebut-sebut memerintahkan pasukan Cakrabirawa, untuk menangkap dan mengadili pihak yang ingin menggulingkan dirinya. Namun, justru hal yang tak terduga terjadi.
Dalam operasi penangkapan jenderal-jenderal tersebut, terjadi tindakan yang diperbuat oleh beberapa oknum yang termakan emosi, dan akhirnya membunuh Letjen Ahmad Yani, D.I. Panjaitan, dan Tirtodarmo Haryono yang merupakan 3 dari 6 jenderal yang menjadi korban G 30 S PKI.
Tritura hingga Supersemar
Pagi hari, pada 11 Maret 1966, saat tengah menggelar rapat kabinet di Istana Merdeka, Jakarta, Soekarno dikejutkan dengan kehadiran demonstran yang mengepung Istana. Para mahasiswa berdemo untuk mengajukan Tiga Tuntutan Rakyat atau Tritura, yang mana isinya adalah bubarkan PKI, rombak kabinet, dan turunkan harga-harga.
Saat itu pula, sejumlah pasukan Kostrad yang dikerahkan Brigjen Kemal Idris datang mengepung Istana. Pengepungan oleh pasukan Kostrad ini bertujuan untuk menangkap Wakil Perdana Menteri Soebandrio, atas tudingan yang berkaitan dengan PKI.