Kans Partai Politik Baru & Mengapa Selama Ini Sulit Masuk Parlemen?

0
Showing 3 of 7

“Jika partai baru punya tokoh yang menonjol dan berpengaruh, juga dukungan logistik yang kuat, maka dua hal ini berkontribusi besar dalam kemenangan di pemilu pertama mereka. Jika tidak memiliki dua atau salah satunya, jangan terlalu bermimpi, politik itu sangat rasional,” kata Dedi.

Peneliti Pusat Penelitian Politik (PRP) BRIN, Wasisto Raharjo Jari juga pesimistis melihat partai baru bisa langsung masuk parlemen.

“Kalau melihat hasil perolehan suara pada Pemilu 2019, mayoritas parpol baru tidak bisa menembus PT 4 persen,” kata Wasisto, Selasa (16/8/2022).

Wasisto melihat hasil perolehan suara partai baru pada Pemilu 2019, seperti Perindo yang mendapat suara 2,67 persen, disusul Partai Berkarya (2,09 persen), dan PSI (1,89 persen).

Ia justru melihat partai non-parlemen seperti Perindo dan PSI yang kemungkinan masuk ke parlemen di pemilu kali ini. Wasisto sebut, kenaikan ambang batas parlemen memicu partai baru kesulitan untuk mendapat kursi dalam Pemilu 2024. Partai yang tidak kuat akan mental dan kalah.

“Kenaikan berkala ini memang menjadi seleksi alam bagi para parpol sehingga membuat demokrasi menjadi kompetitif, namun ternyata itu juga menjadi kendala demokrasi terbesar karena hanya parpol besar dengan sumber daya kuat dan mapan yang bisa berkompetisi,” kata Wasisto.

Wasisto menilai kenaikan ambang batas bukan satu-satunya yang jadi faktor kegagalan partai baru masuk parlemen. Partai baru juga punya kendala dalam upaya membangun basis pemilih dan sulit berkompetisi untuk mencari ceruk suara pemilih pemula karena kalah narasi dengan rival.

Selain itu, Wasisto tidak memungkiri bahwa figur juga mempengaruhi suara partai, seperti Gede Pasek, Amien Rais maupun tokoh lain dalam partai baru. Akan tetapi, figur pun juga harus diikuti dengan permodalan apabila partai baru ingin masuk parlemen.

Showing 3 of 7
Exit mobile version