Selain konsumsi pupuk yang turun, dia menambahkan, penurunan rendemen juga akibat cuaca hujan yang masih tinggi, bahkan hingga saat ini. Padahal, saat ini sedang musim giling.
“Idealnya curah hujan itu 200 mm per bulan, bahkan jika bisa 100 mm saja. Jadi, pasokan air cukup untuk tanaman tebu, baik yang baru ditanam maupun sudah matang untuk dipanen. Tapi, karena curah hujan masih tinggi, pengangkutan pun terganggu. Akibatnya, tebu menjadi lebih kotor, dan tanaman tebu kelebihan pasokan air. Kualitasnya turun,” ujarnya.
“Mudah-mudahan mulai minggu depan sudah berkurang curah hujannya. Ini agak anomali,” lanjut Aris.
Dengan estimasi produksi tersebut, Aris memprediksi impor gula tahun ini bisa mencapai 4,7 juga ton.
Berikut perhitungannya:
– produksi gula tahun 2022: 2,2 juta ton
– ada stok untukĀ 3 bulan konsumsi setara 690-700 ribuan ton
– proyeksi konsumsi langsung nasional: setara 3 juta ton gula kristal putih (GKP)
– proyeksi kebutuhan industri: setara 3,5 juta ton gula rafinasi.
“Kebutuhan industri sedikit naik tahun ini karena kondisi sudah membaik setelah PPKM dilonggarkan. Dimana untuk kebutuhan rafinasi industri, sepenuhnya dipasok dari impor. Sehingga estimasi impor tahun ini mencapai 4,7 juta ton,” kata Aris.