Sejumlah perusahaan mungkin berhasil melewati badai covid-19, tapi kembali dihantam melonjaknya harga energi dan bahan baku. Di tengah kesulitan masyarakat akibat tekanan biaya hidup, agar sama-sama survive para produsen pun akhirnya mesti bersiasat untuk terus berproduksi, tapi dengan sedikit menurunkan kualitas barang ataupun layanan. Cole percaya statistik resmi membuat inflasi tampak lebih buruk daripada yang sebenarnya karena sangat sulit bagi data untuk menangkap penurunan kualitas produk.

Menurut Cole, statistik resmi gagal menunjukkan seberapa buruk inflasi sebenarnya. “Jika jumlah uang yang bergerak lebih tinggi, produksi tidak meningkat, masuk akal Anda akan mendapatkan lebih sedikit dari uang yang telah Anda keluarkan. Beberapa perusahaan melakukan ini dengan mendongkrak harga, tetapi yang lain melakukan ini dengan sedikit menghemat produk mereka,” ujarnya.

Seperti halnya di Inggris dan Amerika Serikat, di Indonesia inflasi saat ini juga melambung. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Juni mencapai 0,61% (month on month/mom), melesat jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang 0,4%. Secara tahunan (year on year/yoy), inflasi pada Juni menembus 4,35%, tertinggi selama lima tahun terakhir. Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan pemicu inflasi datang dari kelompok volatile atau harga bergejolak, khususnya beberapa komoditas pangan, seperti cabai merah, cabai rawit, bawang merah, telur ayam ras, tomat, kangkung, kol putih/kubis, dan sawi putih/pecay/pitsai.

1 2 3
Exit mobile version