Di Jerman pula Bakunin menerbitkan kredo pertamanya pada 1842. Salah satu kutipan paling diingat dari terbitan di jurnal radikal itu adalah, “Hasrat untuk menghancurkan juga bentuk hasrat kreatif.” Menurut Mark Leier, penulis biografi Bakunin, kalimat ini sering jadi pembenaran bahwa gerakan anarkis melanggengkan kekerasan. Padahal, lebih dari itu, Leier menganggap Bakunin ingin dunia yang bebas dari tekanan pemerintah, bukan menghamba pada kekerasan semata.

Selain Jerman, Bakunin juga mendatangi Swiss, Belgia, dan Prancis, tepatnya di Paris. Kedatangan ke Paris pada 1844 menjadi penting karena dia bertemu pemikir anarkis lain macam Pierre-Joseph Proudhon dan, yang paling penting, seseorang yang kelak menjadi rival ideologisnya seumur hidup: Karl Marx.

Dua orang ini, menurut Leier, punya kemiripan. Mereka sama-sama suka berdebat; mereka keras kepala dan merasa jadi pihak yang benar; dan keduanya punya sifat kompetitif.

“Kami cukup bersahabat… tapi tidak pernah benar-benar dekat. Emosi kami tidak memperbolehkan itu. Dia memanggil saya orang idealis yang sentimentil, dan dia memang benar. Sedangkan saya menyebutnya mubazir, pengkhianat, dan licik, dan aku juga benar,” kata Bakunin seperti catat Leier dalam Bakunin: The Creative Passion (2011).

1 2 3 4 5 6 7 8 9
Exit mobile version