Utilisasi Teknologi dalam Pendidikan Tinggi di Indonesia, Dosen Siap Berubah?

0
Showing 2 of 5

Sejak zaman dahulu, ketika saya masih di sekolah dasar hampir tidak pernah mendengar teman-teman memiliki cita-cita sebagai guru atau dosen. Rupanya profesi sebagai pendidik tidak menjadi cita-cita favorit anak-anak di Indonesia. Sampai sekarang, masih banyak celoteh ‘Kalau mau jadi orang kaya, jangan jadi dosen/guru’, “Jadi dosen/guru itu harus punya ‘panggilan’, kalau enggak punya, enggak akan bisa deh”. Apakah celoteh ringan itu menjadi sebuah refleksi bahwa profesi pendidik tidak dapat diandalkan untuk sebuah kehidupan yang berada? Apakah profesi pendidik akhirnya menjadi profesi eksklusif hanya untuk mereka yang ‘terpanggil untuk mendidik?’ Apakah demikian?

Ketika memutuskan untuk terjun dalam pendidikan tinggi, saya ditugasi pada salah satu program studi pendidikan jarak jauh pada 2018. Saya merasa tertantang untuk bisa memberikan kontribusi dalam mengakselerasi pendidikan tinggi yang inklusif melalui pembelajaran daring yang pada saat itu masih sangat asing bagi kebanyakan dosen, apalagi mahasiswa. Pergelutan selama dua tahun pertama untuk meningkatkan penerimaan teknologi dalam kegiatan belajar-mengajar pada skala pendidikan tinggi, membuat saya menarik kesimpulan; memperkenalkan teknologi kepada mahasiswa yang memang memiliki tugas untuk belajar ternyata lebih mudah daripada memperkenalkan teknologi kepada dosen yang naturnya mengajar, bukan diajar.

Blessing in disguise terjadi ketika pandemi covid-19 masuk ke Indonesia pada awal 2020. Pandemi menjadi sebuah momentum percepatan pemanfaatan teknologi untuk menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang tidak bisa dielakkan. Setiap pemangku kepentingan ‘dipaksa’ untuk adaptif terhadap penggunaan teknologi dalam pendidikan yang memisahkan jarak fisik antara dosen dan mahasiswa. Dengan persiapan yang minim, pendidikan tinggi di Indonesia berjuang untuk bertahan dan terus berupaya memberikan pendidikan berkualitas bagi para mahasiswa. Berbagai cara dilakukan para dosen untuk bisa mengajar dari rumah. Hal yang sama juga dilakukan para mahasiswa. Bahkan tidak sedikit testimoni dari dosen yang akhirnya merasakan ‘diajar mahasiswa’ dalam menggunakan teknologi komunikasi untuk mengajar.

Showing 2 of 5
Exit mobile version