Dari jumlah itu pun kebanyakan tinggal petani tua dan dengan cara pertanian yang masih konvensional atau minim teknologi. Itu belum lagi kita bicara soal lahan pertanian yang terus menyusut dan perubahan iklim.
Ketidakmampuan dunia menahan pemanasan global telah berimbas pada anomali cuaca dan hama yang mengganas. Akibatnya, dari panen ke panen, jumlah tanaman yang rusak makin besar.
Sebab itu, betapa pun kita sepakat dengan arahan Presiden Jokowi, kita juga mendorong langkah yang lebih jauh dan mendasar. Presiden Jokowi yang telah berhasil menggenjot pembangunan infrastruktur di Nusantara kini harus mewariskan kegemilangan yang sama di kedaulatan pangan.
Bahkan kedaulatan pangan itu harus disadari sebagai pekerjaan rumah terbesar dan terberat dari pemerintahan ke pemerintahan.
Kedaulatan pangan memang membutuhkan perbaikan di banyak sektor, bukan saja permasalahan teknis pertanian seperti lahan, irigasi, dan pupuk, melainkan juga sampai ke dukungan riset teknologi pertanian dan revolusi profesi petani agar menarik minat generasi muda.
Pemerintah perlu berkaca pada negara adidaya macam Amerika Serikat dan negara-negara yang begitu melindungi para petani mereka.
Petani bukanlah profesi rendah yang hanya jadi pilihan masyarakat marginal. Petani dapat hidup sejahtera bahkan lebih baik daripada sejumlah profesi kantoran.
Sebab itu pula, program petani muda yang sudah tumbuh di beberapa daerah haruslah diperluas menjadi skala nasional.
Presiden harus menjadikan kedaulatan pangan menjadi fokus di dua tahun terakhir ini. Itulah penentuan sesungguhnya masa depan bangsa.