Kebijakan Energi
Kebijakan Energi Mental Kere Penyebab Subsidi Energi Dinikmati Orang Kaya, Benarkah?
Fahmy pesimistis penerapan aplikasi MyPertamina akan mendukung kebijakan pembatasan pembelian pertalite dan solar subsidi
info ruang publik – “Dengan subsidi mencapai Rp520 triliun, justru akhirnya yang banyak menikmati adalah kelompok yang kaya.” Pernyataan itu diungkapkan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati saat rapat dengan Banggar DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (30/6/2022).
Sri Mulyani secara terang-terangan sebut subsidi pemerintah via bahan bakar minyak, listrik dan LPG 3 kilogram masih dinikmati orang kaya. Hal itu tidak lepas dari metode subsidi Indonesia yang masih terbuka.
“Itu kemungkinan besar bahwa yang menikmati [subsidi energi] kelompok yang mampu lebih banyak, itu memang terjadi,” kata Sri Mulyani.
Presiden Joko Widodo sebelumnya juga mengeluhkan soal subsidi energi yang tinggi. Saat Rakernas II PDIP di Leteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa (21/6/2022), Jokowi sempat menyinggung soal krisis keuangan, energi dan pangan akibat pandemi COVID hingga dampak perang Ukraina-Rusia.
Jokowi mengaku, tidak sedikit negara mengalami kesulitan akibat tidak memiliki cadangan devisa yang memadai. Negara-negara sulit karena harus impor pangan dan energi di tengah kelangkaan pangan dan energi. Di sisi lain, negara-negara terjebak utang pinjaman tinggi.
Di salah satu poin pidato, Jokowi bercerita soal harga BBM di Indonesia yang tetap di angka Rp7.650 per liter untuk pertalite dan BBM jenis pertamax Rp12.500 per liter. Harga ini ia komparasikan dengan negara lain seperti Singapura dan Jerman (Rp31.000 per liter) atau Thailand (Rp20.000).
Mantan Wali Kota Solo itu menuturkan bahwa pemerintah memutuskan untuk memberikan subsidi agar harga BBM tidak berubah. Ia mengaku, nominal subsidi BBM sudah tembus Rp502 triliun demi menjaga harga tetap stabil. Jokowi berseloroh biaya subsidi yang diberikan sudah setara biaya pembangunan ibu kota baru.
“Besar sekali (subsidi yang diberikan) bisa dipakai untuk membangun ibu kota satu. Karena angkanya sudah 502 triliun rupiah. Ini semua kita harus ngerti,” kata Jokowi.